Sabtu, 16 Februari 2019

ANALISA RESIKO ERGONOMI PADA PEMBUATAN BAJA


A.    Regulasi Ergonomi
Di Indonesia, pelaksanaan identifikasi bahaya dan analisis risiko di tempat  kerja mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun  2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja  (SMK3). Dimana dalam peraturan ini, identifikasi bahaya dan analisis risiko  adalah hal mutlak yang harus dilakukan suatu perusahaan dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) serta  tercapainya tempat kerja yang nyaman, efisien, dan produktif. Selain itu,  identifikasi bahaya dan analisis risiko merupakan suatu bentuk perencanaan K3 yang digunakan sebagai landasan disusunnya program maupun kebijakan K3.  (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2012)
PER.04/MEN/1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
-          Pasal 4 padai poin C mennyatakan  Membantu pengusaha atau pengurus dalam Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja, hygiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi
-          Pasal 4 padai poin  D Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen dan pedoman  kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higene perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi tenaga kerja.

B.     Bahaya Ergonomi
Bahaya ergonomi merupakan bahaya yang disebabkan karena tidak  efisiennya hubungan alat kerja dengan manusianya, biasanya berhubungan  dengan  perilaku mausia dengan alat kerjanya (Suma’mur, 2009:334).  Hampir setiap  tahapan atau proses pengerjaan di  bagian produksi Pembuatan Baja  terdapat potensi bahaya ergonomi. Karena proses kerja dilakukan dengan mesin yang dioperasikan oleh operator.

Berikut potensi bahaya ergonomi yang terdapat di bagian Pada  Pembuatan Baja :
1.      Postur Kerja Janggal
Postur kerja janggal merupakan pekerjaan yang dilakukan dengan posisi  kerja yang membungkuk, menunduk, dan melipatkan kaki. Postur kerja janggal hampir terdapat pada seluruh aktivitas pekerjaan. Hal ini disebabkan karena jarak meja kerja atau objek kerja yang terlalu rendah, sehingga untuk mencapainya pekerja harus membungkukan badan atau lehernya. Selain itu desain dari kursi juga tidak memliki sandaran. Sehingga pekerja merasa tidak nyaman apabila harus bekerja dalam waktu yang lama. Postur kerja janggal dapat menyebabkan  kelelahan maupun gangguan otot dan tulang belakang, serta kelelahan otot kaki.

Rekomendasi pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan pengaturan jam  kerja dan waktu isirahat yang cukup dan memperbaiki posisi kerja yang aman.
2.      Aktivitas Penggunaan Tangan
Hampir seluruh proses produksi Pembuatan Baja  dilakukan dengan menggunakan aktivitas tangan dan mesin . Pada saat  pengoperasian peralatan tangan seperti mesin Cutting, gerinda potong, gerinda  tangan, proses pengecatan terjadi gerakan tangan yang berulang dengan tekanan  yang berlebihan. Gerakan tangan yang berulang dan berlebihan dapat menyebabkan kelelahan pada otot tangan yang kemungkinan dapat menyebabkan Carpal Turner Disorders (CTDs).

Sehingga diperlukan upaya pengendalian untuk mengurangi potensi  bahaya tersebut dengan pengaturan jam kerja dan istirahat yang cukup,  memperbaiki posisi kerja.

3.      Aktivitas Berulang
Aktivitas berulang atau  repetitive  adalah pekerjaan yang dilakukan  secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu  besar, angkat-angkat dsb. Keluhan otot terjadi karena otot menerima  tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh  kesempatan untuk relaksasi. Pekerjaan  repetitive dapat menyebabkan nyeri akibat akumulasi sisa metabolisme dalam otot. Otot akan melemah dan spasme, yang biasanya  terjadi pada tangan/lengan bawah ketika melakukan kegiatan berulang,  gerakan yang kasar dan kuat termasuk pekerjaan yang berisiko tinggi (Tarwaka, 2013). Pada pembuatan Baja Aktivitas dilakukan secara berulang dan Dalam Jangaka Waktu Yang Lama.
Pengendalian yang ajuarkan  perlu penendalian Enggenaring contol diatur waktu-waktu istirahat khusus  agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani tepat dapat dipertahankan  dalam batas-batas toleransi untuk mencegah terjadinya kelelahan,  penurunan, kemampuan fisiko dan memberi kesempatan tubuh untuk melakukan pemilihan atau penyegaran.

C.    Metode Pengukuran  Ergonomi
Metode pengukura Ergonomi pada Pembuatan Baja Yaitu Ovako Working Analysis System (OWAS)  Metode OWAS merupakan suatu metode yang digunakan untuk  menilai postur tubuh pada saat bekerja, seperti halnya metode RULA dan  REBA. Metode ini awalnya ditujukan untuk mempelajari suatu pekerjaan di  industry baja di Finlandia, dimana akhirnya para ergonomists dapat menarik  suatu kesimpulan yang valid dan memperkenalkan metode ini secara luas dan  menamainya dengan metode “OWAS”.  Metode OWAS ini merupakan sebuah  metode yang sederhana dan dapat digunakan untuk menganalisis suatu  pembebanan pada postur tubuh (Karhu dkk.2005).

Prosedur Aplikasi Metode OWAS, antara lain :
1)      Pembagian pengamatan menjadi beberapa fase atau tahapan.
2)      Menentukan total waktu pengamatan.
3)      Menentukan panjang interval waktu.
4)      Pengamatan pekerja atau fase, posisi yang berbeda yang dilakukan pekerja
5)      Pemberian kode pada posisi dan pembebanan.
6)      Menghitung untuk setiap kode posisi.
7)      Menghitung persentase repetitive atau frekuensi relative dari masing-masing posisi punggung.
8)      Penentuan hasil identifikasi pekerjaan pada posisi kritis.
9)      Penentuan tindakan perbaikan.
10)   Melakukan review

Aplikasi metode OWAS didasarkan pada hasil pengamatan dari berbagai posisi yang diambil pada pekerja selama melakukan  pekerjaannya, dan  digunakan untuk mengidentifikasi sampai dengan 252 posisi ang berbeda,  sebagai hasil dari kemungkinan kombinasi postur tubuh  bagian belakang (4  posisi), lengan (3 posisi), kaki (7 posisi), dan pembebanan (3 interval).



1.      Bagian Belakang (4 posisi)




Gambar 1. Postur Punggung OWAS
Pergerakan :
-          Lurus / tegak  (<20º) : posisi 1
-          Bungkuk ke depan (>20º) : posisi 2
-          Miring ke samping (>20º) : posisi 3
-          Bungkuk ke depan & miring ke samping (>20º) : posisi 4
2.      Bagian Lengan (3 posisi)



Gambar 2. Postur Lengan OWAS
3.      Bagian Kaki (7 posisi

Gambar 3 Bagian Kaki (7 posisi
           
Pergerakan :
-          Posisi 1: Duduk
-          Posisi 2 : Berdiri dengan kedua kaki lurus dengan sudut lutut >150 derajat
-          Posisi 3 : Berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus dan sudut kaki lainnya >150 derajat
-          Posisi 4 : Berdiri atau jongkok dengan kedua lutut ≤150 derajat
-          Posisi 5 : Berdiri atau jongkok satu lutut ≤150 derajat
-          Posisi 6 : Berlutut pada satu atau dua lutut berada dilantai
-          Posisi 7 : Berjalan atau bergerak
4.      Beban (3 Interval)
Ukuran Beban :
-          <10 kg (0 kg - 9,99 kg) : skor 1
-          <20 kg (10 kg –19,99 kg) : skor 2
-          >20 kg (20kg - ~kg ) : skor 3
5.      Kategori Risiko Dan Tindakan Perbaikan OWAS

Kategori resiko
Efek Pada Sistem Muskuloskeletal
Tindakan Perbaikan
Skor 1
(Normal
Posture)
Posisi normal tanpa efek yang dapat mengganggu sistem musculoskeletal (risiko rendah)
Tidak  diperlukan
perbaikan

Skor 2
(Slightly
Harmful)
Posisi yang berpotensi menyebabkan kerusakan pada  sistem musculoskeletal (risiko sedang)
Tindakan perbaikan
mungkin diperlukan

Skor 3
(Distincly
Harmful)
Posisi dengan efek berbahaya pada
sistem musculoskeletal (risiko tinggi)
Tindakan korektif
diperlukan segera

Skor 4
(Extremely
Harmful)
Posisi dengan efek sangat berbahaya
pada sistem musculoskeletal (risiko
sangat tinggi)
Tindakan korektif diperlukan  sesegera mungkin

D.    Program Pengendalian
1.      Postur Kerja Janggal
Rekomendasi pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan pengaturan jam  kerja dan waktu isirahat yang cukup dan memperbaiki posisi kerja yang aman.
2.      Aktivitas Penggunaan Tangan
Sehingga diperlukan upaya pengendalian untuk mengurangi potensi  bahaya tersebut dengan pengaturan jam kerja dan istirahat yang cukup,  memperbaiki posisi kerja.
3.      Aktivitas Berulang
Pengendalian yang ajuarkan  perlu penendalian Enggenaring contol diatur waktu-waktu istirahat khusus  agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani tepat dapat dipertahankan  dalam batas-batas toleransi untuk mencegah terjadinya kelelahan,  penurunan, kemampuan fisiko dan memberi kesempatan tubuh untuk melakukan pemilihan atau penyegaran



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

asuhan kebidanan pada neonatus

ASUHAN KEBIDANAN   PADA IBU BERSALIN PADA NY”D” G 1 P 0 A 0 JANIN TUNGGAL   HIDUP   PRESENTASI KEPALA DENGAN TINDAKAN EPISIOTOMI DI ...