ASUHAN
KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PADA NY”D” G1P0A0
JANIN TUNGGAL
HIDUP PRESENTASI KEPALA DENGAN TINDAKAN
EPISIOTOMI
DI RUANG BERSALIN RSUD
PALEMBANG BARI
TAHUN 2013
DI SUSUN OLEH :
NAMA : NEVI SULISTIKA
NPM : 11154011211
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANBINAHUSADA
PALEMBANG
2013
KATA
PENGANTAR
Assalamu’allaikum Wr. Wb
Puji syukur kami ucapkan kepada
Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunianya lah kami dapat menyelesaikan
makalah seminar praktik klinik kebidanan dengan judul “ ASUHAN
KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PADA NY “ D” G1P0A0 JANIN
TUNGGAL HIDUP PRESKEP DENGAN TINDAKAN
EPISIOTOMI DI RUANG DERSALIN RSUD PALEMBANG BARI TAHUN
2013
“. Dalam pembuatan makalah kasus ini kami mengucapkan
terimakasih kepada yth:
1. Dr.
Hj Makiani, SH, MM, MARS, selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI
2. dr.
M. Ayus Antoni, SpPD, Finasim, selaku wakil Direktur Pelayanan Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI
3. dr.
Chairil Zaman M.Sc selaku ketua STIK
Bina Husada Palembang
4. Hj.
Nitra Dewi selaku Ketua Komite Medik
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
5. Dr.
Dina Andriana, selaku Kepala Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI
6. Hj.
Yulia Surie, S.Pd, M.Kes, selaku Kepala Bidang Penunjang Medis dan Pendidikan
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
7. Masriana,
S.Kp, selaku Kepala Bidang Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
8. H.
Firman, AM.Kep, S.Pd, M.Kes selaku Ketua Komite Keperawatan Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI
9. Hj.
Lilis Suryani, S.Pd, selaku Kepala Seksi Diklat dan Litbang Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI
10. Fadlun,
SST, selaku Koordinator Pembimbing Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Bari
Palembang BARI
11. Rini
Rosalia,SST, selaku Kepala Ruang Kebidanan Rumah Sakit Daerah Palembang BARI
12. Firli Yuliyani,SST, selaku Koordinator Pembimbing Klinik
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
13. Wargustini
SST, selaku Dosen Pembimbing Akademi Kebidanan STIK Bina Husada
14. Seluruh
Staf dan Tenaga Medis Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
15. Seluruh
Dosen Pengajar dan Staf Akademi Kebidanan STIK Bina Husada Palembang
16. Semua
pihak yang membantu dalam penyelesaian Makalah Seminar Praktik Klinin ini dapat
penulis selesaikan
17. Teman
– teman Se – almamater Program Studi Kebidanan STIK Bina Husada Palembang yang
telah ikut membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini baik secara langsung
maupun tidak langsung
Dalam
penyusunan makalah ini penulis menyadari masalah sangat banyak kekurangan,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendidik
dan membangun guna kemajuan yang lebih baik pada makalah – makalah berikut. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Palembang,
Desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
PERSETUJUAN............................................................................ ii
KATA
PENGANTAR......................................................................................... iii
DAFTAR
ISI....................................................................................................... .. vii
BAB I PENDAHULUAN....
1.1.
Latar Belakang…………………………………………………...………. 1
1.2.
Tujuan……………………………………………………………...…….. 3
1.2.1. Tujuan
Umum……………………………………………...…….. 3
1.2.2. Tujuan
Khusus………………………………………………….. 3
1.3.Waktu……………………………………………………………………
. 4
1.4.Tempat
……………………………………………………………...….... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Profil RSUD Palembang BARI…………………………………………... 5
2.1.1 Selayang Pandang…………………………………………….….… 5
2.1.2 Visi, Misi dan Moto RSUD Palembang BARI………………….…
. 5
2.1.3 Sejarah…………………………………………………...……….... 6
2.1.4 Lokasi RSUD Palembang BARI …………………………………... 7
2.1.5 Dasar Hukum………………………………………………………. 8
2.1.6 Fasilitas dan Pelayanan…………………………………………….. 8
2.2. Konsep dasar Persalinan ……………………………………………....... 11
2.2.1. Pengertian persalinan…………………………………………… .. 11
2.2.2.Sebab mulai persalinan……………………………………………. 11
2.2.3. Jenis-Jenis Persalinan…………………………………………….. 12
2.2.4. Tahap persalian…………………………………………………. .. 12
2.3. Episiotomi……………………………………………………………...
... 13
2.3.1. pengertian episiotomi…………………………………………..… 14
2.3.2. Tujuan episitomi………….…………………………………. …... 14
2.3.3. Indikasi Melakukan Episiotomi…………………………….…..... 14
2.3.4. Jenis episiotomy………………………………………… .…..…. 15
2.3.5. Prosedur Pelaksanan Episiotomi……………………… ……..... .17
2.3.6. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam
Melakukan
Episiotomi………………………………………...… ...……….. .20
2.3.7. Maafaat Episiotomi…………………………………...……….... 20
2.3.8. Kerugian Episiotomi…………………………………………….. 21
2.3.9.Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tindak
Episiotomi….... 22
BAB
III TINJAUAN KASUS
3.1.Data
Subjektif…………………………………………………………........ 24
3.2.
Data Objektif……………………………………………………… ……... 29
3.3.Asessment……………………………………………………
………........ 33
3.4.Planning…………………………………………………………………… 34
BAB
IV PEMBAHASAN
4.1.
Pembahasan…………………………………………………… ........……. 44
4.1.1. Langkah pertama pengumpulan data dasar……..………………. 44
4.1.2.Langkah ke Dua Interprestasi Data Dasar………..……………… 45
4.1.3.Langkah ke Tiga Mengedentifikaskan Diagnosa
atau masalah Potensial………………………………………….. 46
4.1.4.Langkah ke Empat mengidentifikasikan dan
menetapkan
Kebutuhan
yang Memerlukan Penangan segera…… ………..…. 46
4.1.5.Langkah Ke Lima Merencanakan asuhan Yang
operensif
dan Menyeluruh………………………..……………... 46
4.1.6. Langkah ke Enam Pelaksanaan………………… ……………... 47
4.1.7.Langkah ke Tujuh: Evaluasi…………………….…………….... 47
4.2. Hasil
Pengkajian………………………………………………………...... 48
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………….. 51
5.2
saran………………………………………………………………………. 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
belakang
Episiotomi adalah insersi dari perinium untuk memudahkan
persalinan dan untuk mencegah ruptur perineum totalis. Pada masa lalu
dianjurkan untuk melakukan episiotomi secara rutin yang tujuannya untuk
mencegah robekan berlebihan pada perinium, membuat tepi luka rata agar mudah
dialakukan penjahitan mencegah penyulit atau tahanan pada kepala dan infeksi.
Para penolong harus cermat membaca kata “rutin” pada epiotominya karena hal itulah yang
dianjurkan, bukan episiotominya. (Ari S. 2010)
Menurut World
Health Organization
( WHO) Pendarahan menepati persentasi
tertinggi penyebab kematian ibu 28 %, anemia dan kekurangan energy kronis (KEK)
pada ibu hamil menjadi penyebab
utama terjadinya perdarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama
ibu. Di perkirakan di seluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal dunia tiap
tahun saat hamil atau bersalin. Angka kematian ibu (AKI) di Negara-negara sedang berkembang berkisar 350/10.000 kemataian. Kematian maternal memang
menjadi perhatian dunia internasional (Hardi, 2010)
Angka
Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN. Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2007, Angka Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia
sebesar 28 per 100.000. Jumlah kematian ibu tahun2012 di Kota Palembang,
berdasarkan laporan sebanyak 13 orang dari 29.451 kelahiran hidup
(Profil Pelayanan Kesehatan Dasar, 2012).
|
Beradasarkan data Dinas
kesehatan kota Palembang pada tahun 2009 angak ibu bersalin sebanyak 32.385
persalian (2,21%) sedangkan pada tahun 2010 angka ibu bersalin sebanyak 33.238
persalinan (2,07%) dan pada tahun 2011 angka ibu bersalin sebanyak 30.296
persalianan (2,07). (Profil Dinas Kesehatan Palembang,
2012)
Berdasarkan penelitan
Indiana Pernatall Educators Conference
yang dilakuakukan terhadap episiotomi
didapatkan bukti bahwa praktik episiotomi
secara rutin tanpa indikasi yang
jelas yang menimbulkan resiko yang
justru sebaliknya dari persepsi awal tentang episiotomi. (Rubin, 2010)
Beradasarkan data Dinas kesehatan kota Palembang pada tahun
2009 angak ibu bersalin sebanyak 32.385 persalian (2,21%) sedangkan pada tahun
2010 angka ibu bersalin sebanyak 33.238 persalinan (2,07%) dan pada tahun 2011 angka ibu bersalin sebanyak 30.296
persalianan (2,07). (Profil Dinas Kesehatan Palembang,
2012)
Berdasarkan data yang didapat dari rekam
medik Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI sebanyak 1288 persalinan pada
tahun 2011. Pada tahun 2012 terdapat
1308 persalinan.
Karena
latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk
membahas kasus Ny ”D”
yang dalam makalah ini berjudul ”Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin pada Ny
”D” pada
ibu bersalin Ny”D” G1P0A0
janin tunggal hidup persentasi kepala dengan tindakan episiotomi di ruang
bersalin RSUD palembang Bari tahun 2013
1.2.Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk
mendapakan pengetahuan dan pengalaman nyata serta mampu menerapan asuhan kebidanan dalam rangaka menanggulangi
kasus-kasus kebidanan, terutama pada asuhan kebidana pada kasus tindakan episiotomi
1.2.1. Tujuan Khusus
1.2.1.1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data dalam memberikan Asuhan pada ibu bersalin Ny”D” G1P0A0
janin tunggal hidup persentasi kepala dengan tindakan episiotomi di ruang
bersalin RSUD palembang Bari tahun 2013
1.2.1.2. Mahasiswa mampu menginterprestasikan data untuk mengidentifikasi
diagnosa atau masalah pada
ibu pada ibu bersalin Ny”D” G1P0A0
janin tunggal hidup persentasi kepala dengan tindakan episiotomi di ruang
bersalin RSUD palembang Bari tahun 2013
1.2.1.3. Mahasiswa mampu mengidintifikasi diagnosa atau masalah
potensial pada ibu bersalin Ny”D”
G1P0A0 janin tunggal hidup persentasi kepala
dengan tindakan episiotomi di ruang bersalin RSUD palembang Bari tahun 2013
1.2.1.4. Mahasiswa
mampu melakukan antisipasi tindakan segera pada
ibu bersalin Ny”D” G1P0A0
janin tunggal hidup persentasi kepala dengan tindakan episiotomi di ruang
bersalin RSUD palembang Bari tahun 2013
1.2.1.5. Mahasiswa mampu menyusun rencanan asuhan
secara menyeluruh dengan tepat dan
rasional berdasarkan keputusan yang di buat pada langkah sebelumnya pada
ibu bersalin Ny”D” G1P0A0
janin tunggal hidup persentasi kepala dengan tindakan episiotomi di ruang
bersalin RSUD palembang Bari tahun 2013
1.2.1.6. Mahasiswa mampu melaksanankan secara
langsung asuhan yang episien dan pada
ibu bersalin Ny”D” G1P0A0
janin tunggal hidup persentasi kepala dengan tindakan episiotomi di ruang
bersalin RSUD palembang Bari tahun 2013
1.2.1.7. Mahasiswa
mampu mengefaluasikeefektifan asuhan
yang di pada ibu
bersalin Ny”D” G1P0A0 janin tunggal hidup
persentasi kepala dengan tindakan episiotomi di ruang bersalin RSUD palembang
Bari tahun 2013
1.3. Waktu
Pengambilan dan
pengkajian data pada ibu bersalin Ny”D” G1P0A0 janin tunggal
hidup persentasi kepala dengan tindakan episiotomi dilakukan pada tanggal 05
Desember 2013 pukul 14.30 WIB.
1.4. Tempat
Asuhan kebidanan Dilakukan diruang Bersalin RSUD
Palembang Bari
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Profil RSUD
Palembang Bari
2.1.1.
Selayang Pandang
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI merupakan unsur penunjang pemerintah daerah di bidang pelayanan kesehatan
yang merupakan satu – satunya rumah sakit milik pemerintah kota Palembang.
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI terletak di Jalan Panca Usaha No.1
Kelurahan 5 Ulu Darat Kecamatan Seberang Ulu, dan berdiri diatas tanah seluas
4,4 Ha.
Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan
Kertapati, sejak tahun 2011 dibuat jalan alternative dari jalan Jakabaring
menuju RSUD Palembang BARI. Saat ini sedang diupayakan pembangunan jalan
langsung menuju RSUD Palembang BARI dari jalan poros Jakabaring.
2.1.2 VISI ,MISI Motto RSUD Palembang BARI
VISI
“Menjadi Rumah Sakit Unggul,
Amanah, dan Terpercaya di Indonesia”
Misi
:
1)
Meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang prima dengan berorientasi pada keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan
pada etika dan profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat
2)
Meningkatkan mutu
manajemen sumber daya kesehatan.
3)
Menjadikan RSUD
Palembang BARI sebagai rumah sakit pendidikan dan pelatihan di Indonesia
Motto
:
|
2.1.3.
Sejarah
1) Sejarah
Berdirinya
̶
Pada tahun 1985 sampai
dengan 1994 RSUD Palembang BARI
merupakan gedung poliklinik / Puskesmas Panca Usaha.
̶
Pada tanggal 19 juni
1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang BARI, maka dengan SK Depkes nomor
1326/Menkes/SK/XI/1997, tanggal 19 November 1997 ditetapkan menjadi Rumah Sakit
Umum Daerah kelas C.
̶
Kepmenkes RI Nomor.HK.00.06.22.4646 tentang
pemberian status akreditasi penuh tingkat dasar kepada Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI, Tanggal 7 November 2003.
̶
Kepmenkes RI Nomor:
YM.01.10/III/334/08 tentang pemberian status akreditasi penuh tingkat lanjut
kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 05 Februari 2008.
̶
Kepmenkes Nomor
241/MENKES/SK/IV/2009 tentang peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI menjadi kelas B, tanggal 02 April 2009.
̶
Ditetapkan sebagai
BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan keputusan Walikota Palembang No.915.B
tahun 2008 tentang penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang
menetapkan pola pengelolaan keuangan BLUD ( PPK-BLUD ) secara penuh.
̶
KARS-SERT/363/1/2012
tentang Status Akreditasi Lulus Tingkat Lengkap kepada Rumah Sakit Umum Daerah
Palembang BARI, tanggal 25 januari 2012.
2) Sejarah
Pemegang Jabatan Direktur
̶
Tahun 1986 s.d 1995
:dr.Jane Lidya Titahelu sebagai Kepala Poliklinik Puskesmas Panca Usaha
̶
Tanggal 1 Juli 1995 s.d Juni 2000 : dr. Eddy Zarkaty
Monasir,SPOG sebagai direktur RSUD Palembang BARI
̶
Bulan Juli 2000 s.d
Nopember 2000 : Pelaksana Tugas dr.H.Dachlan Abbas.SpB
̶
Bulan Desember 2000 s.d
februari 2001 : Pelaksana Tugas dr.M.Faisal Saleh,SpPD
̶
Tanggal 14 November 2000 s.d Februari 2012 :
dr.Hj.Indah Puspita.H.A, MARS sebagai direktur RSUD Palembang BARI.
̶
Tangggal 17 Februari 2012 s.d sekarang : dr. Hj. Makiani,
MM sebagai direktur RSUD Palembang BARI.
2.1.4.
Lokasi RSUD Palembang BARI
RSUD Palembang BARI terletak di Kecamatan Seberang
Ulu 1 Jalan Panca Usaha No.1 Kelurahan 5 Ulu Darat, bangunan berada ± 800 meter
yang saat ini dirasakan sangat sempit, tepi jalan masi rawa-rawa, dengan
rumah-rumah penduduk masih kurang teratur. Sejak januari 2001 di bangun jalan
alternatif dari jakabaring menuju RSUD Palembang BARI yang bisa langsung menuju
ke kantor KORPRI kota Palembang dan PDAM. Saat ini sedang diupayakan
pembangunan jalan yang langsung menuju RSUD Palembang BARI dari jalan poros
jakabaring Areal rumah sakit luasnya ± 45.605 m hampir 100% merupakan rawa-rawa
yang kedalaman airnya menjaga kebersihan dari luar tanah ± 4.5 ditimbun ± 40%
dan diatasnya sudah beberapa gedung untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
2.1.5. Dasar Hukum
RSUD Palembang BARI dalam membentuk pelayanan
terhadap masyarakat dilindungi oleh UU Hukum sebagai dasar ntuk melaksanakan
tugas meliputi:
a)
UU No.23 Menkes Tahun
1992 Tentang pokok-pokok kesehatan
b)
Keputusan Mentri
Kesehatan RI No. 326/Menkes/SK11/X1/1997 Tanggal 10 November 1997 tentang
penetapan kelas RSUD Palembang BARI menjadi kelas B
c)
Keputusan Wali Kota Palembang No.11 Tahun 2000
Tentang pelaksanaan PERDA tahun 2000 tentang organisasi kerja RSUD Palembang
BARI
d)
Keputusan Wali kota No.50 Tahun 2001 tantang
pelayanan RSUD Palembang BARI degan SK Wali Kota No.23 / keputusan kesehatan
2001 tentang pembagian hasil pungutan biaya pelayanan kesehatan
e)
UU No.22 Tahun 1999
tentang Otonomi Daerah
f)
Program Pembangunan Daerah (PROPERDA) Kota
Palembang Tahun 2001-2005
g)
Peraturan Daerah Kota Palembang No.3 Tahun
2004 tentang Prganisasi dan tatanan kerja Rumah Sakit Umum Palembnag BARI
h)
Keputusan Wali Kota
Palembang No. 50 Tahun 2004 tentang pelaksanaan peraturan Kota Palembang Tahun
2004
2.1.6. Fasilitas dan Pelayanan
Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat, RSUD Palembang BARI mempunyai pelayanan sebagai berikut:
a) Fasilitas
1) Instalasi
Rawat Darurat (IRD) 24 jam
2) Farmasi
(Apotek) 24 jam
3) Rawat
jalan/poloklinik spesialis
4) Rawat
Inap
5) Bedah
Sentral
6) Rehabilitas
Medik
7) Radiologi
24 jam
8) Laboratorium
klinik 24 jam
9) Patologi
anatomi
10) Bank
Barah
11) Hemodialisa
12) Medical
Check Up
13) ECG/EEG
14) USG
4 Deminsi
15) Endoscopy
16) kamar Jenazah
17) Ct scan 64 Slices
18) Central
Sterilized Suplay Departement(CSSD)
b) Pelayanan Rawat Jalan
Perawatan
rawat jalan (spesialis)
1)
Poliklinik spesialis Dalam
2)
Poliklinik spesialis
Penyakit Bedah
3)
Poliklinik spesialis
Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4)
Poliklinik spesialis
Terpadu
5)
Poliklinik spesialis
Anak
6)
Poliklinik spesialis
Mata
7)
Poliklinik spesialis
THT
8)
Poliklinik spesialis
Kulit dan Kelamin
9)
Poliklnik spesialis
Jiwa
10) Poliklinik
spesialis Medik
11) Poliklinik
spesialis Jantung
12) Poliklinik
Gigi
13) Poliklinik
Psikologi
14) Poliklinik
Tumbuh Kembang
c) Pelayanan
Rawat Inap
Rawat
Inap VIP dan VVIP
1)
Perawatan Kelas
I,II,III
2)
Perawatan Penyakit
Dalam Laki-Laki dan Perempuan
3)
Perawatan Anak
4)
Perawatan Bedah
5)
Perawatan ICU
6)
Perawatan Kebidanan
7)
Perawatan
Neonatus/NICU/PICU
d) PelayananS
Transportasi
1)
Mobil Ambulance 188 BG
9011 MZ
2)
Ambulance BG 9047 AZ
3)
Mobil Operasional
Mitsubishi BG 90234
4)
Mobil Ambulance B 8047
ZX
5)
Mobil Ambulance Trauma
Central BG 9191
2.2. Konsep Dasar
persalinan
2.2.1. pengertian
persalinan
Persalina adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandunagan melalu jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan
adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan
serviks secara progresif dan di akhri dengan kelahiran plasenta. (Sulistiawati,2010)
Persalinan adalah suatu proses
yang dimulai dengan adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya
dilatasi progeresif dari seviks kelahiran bayi dan kelahiran plasenta
dan proses tersebut merupakan proses yang alamiah (Rohani,Reni.dkk.2011)
2.2.2. Sebab Mulainya
Persalinan
Menurut Rustam Mochtar,1998 apa yang menyebabkan terjadinya persalinan
Belum diketahui benar, yang ada hanyalah teori –teori yang kompleks antara
lain di kemukakan faktor-faktor
hormonal, struktur rahim, sirkulasi
rahim, pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi.
1)
Teori penurunan Hormon
Satu sampai dua minggu
sebelum partus mulia terjadi penurunan
kadar hormone estrogen dan Progestron.
Progesteron bekerja sebagai penengan otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembulu darah sehinga timbul his bila kadar progesteron turun.
2)
Teori plasenta menjadi
tua akan menyababkan kadar estrogen dan progesteron yang
menyebabkan kekejangan pembulu darah hal
ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
3)
Teori destensi ramim
·
Otot rahim mempunyai
kemampuan merenggang dalam
batas tertentu.
·
Setelah melewati batas
tersebut, akhirnya terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulia.
4)
Teori iritasi mekanik:
dibelakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus frankenhauser) bila
ganglion ini di geser dan ditekan,
misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
5)
Induksi Partus (inducation of labour) partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
·
Ganging Laminaria :
beberapa laminaria dimasukan dalam kanalis sevikalis dengan tujuan merangsang
pleksus Frankenhauser
·
Amnotomi: Pemecahan
Ketuban
·
Oksitosi Drips:pemberi
oksitosin menurut tetesan per infus
2.2.3. Jenis-Jenis
Persalinan
Jenis persalinan menurut sarwono (2001)adalah sebagai berikut
:
1)
Persalinan spontan bila persalinan berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri.
2)
Pesalinan Buatan, bila proses
persalinan bila persalinan membutuhkan
bantuan tenaga dari luar.
3)
persalinan anjuran bila kekuatan yang di perlukan untuk
persalinan ditimulkan dari luar dengan
jalan rangsangan
2.2.4.Tahap Pesalinan
1). Kala I (kala
Pembukaan)
Kala 1 persalin dimulai sejak
terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan servis hingga mencapai pembukaan lengkap
Kala 1 persalinanan dibagi
menjadi dua fase, yaitu:
a). Fase laten, dimana
pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal kontraksi yang
menyababkan penipisan dan pembukaan
secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam
b). Fase aktif (pembukaan
serviks 4-1cm), berlangsung selam 6 jam. Pada fase aktif persalinan,
frekuensi dan lamanya kontraksi uterus
umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi 3 kali atau lebih
dalam 10 menit dan berlangsung 40 detik
atau lebih
2). Kala II (kala
Pengeluaran Janin)
Kala II persalinan di mulai
ketika pembukaan serviks sudah dianggap lengkap (10 cm) dan berakhir dengan
lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam dan pada
multipara 1 jam.
3). Kala III (pengeluaran
Plasenta)
Kala
III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 5- 30 menit setelah bayi lahir.
4). Kala IV (kala pengawasan)
Kala IV dimulai setalah
lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah proses tersebut.
Observasi yang harus dilakukan pada
kala IV
a)
Tingakat kesadaran
b)
Pemeriksaan
tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernafasan)
c)
Kontraksi uterus
d) Kerjadinya perdarahan. Pendarahan dianggap masih normal
jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai
500 cc.
2.3. Episiotomi
Episiotomi adalah insersi dari perinium untuk memudahkan
persalinan dan untuk mencegah ruptur perineum totalis. Pada masa lalu
dianjurkan untuk melakukan episiotomi secara rutin yang tujuannya untuk
mencegah robekan berlebihan pada perinium, membuat tepi luka rata agar mudah
dialakukan penjahitan mencegah penyulit atau tahanan pada kepala dan infeksi.
Para penolong harus cermat membaca kata “rutin” pada epiotominya karena hal itulah yang dianjurkan,
bukan episiotominya. (Ari S. 2010)
Kematian maternal dapat
terjadi pada saat penolongan persalinan,
penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, gastosis. Pada kasus
distosia bahu, pada ibu komplikasi yang
akan terjadi adalah perdarahan yang di
akibatkan oleh laserasi jalan lahir, episiotomi maupun antonia uteri. Angka
kematian maternal dan nonatal juga
disebabkan dua hal penting yang memerlukan perhatian khusus yaitu,
partus terlambat dan partus lama dan terlambatnya merujuk. (Suswono,2009)
2.3.1.
Pengertian Episiotomi
Episiotomi adalah insersi dari perinium untuk memudahkan
persalinan dan untuk mencegah ruptur perineum totalis.(Ari Sulistyawati,2010)
Episiotomi adalah insisi pada
perinium untuk memperbesar mulut vagina (Rohani,Reni.dkk.2011)
2.3.2. Tujuan
episiotomi
Tujuan episiotomi mencega
ruptur perinium dan memper mudah pemulihan luka (Arif M,2000)
Menurut Ari Sulistiyawati (2010)
tujuan dilakuaknya tindakan episiotomi yaitu:
1). Mempercapat persalinan denagan memperlebar jalan lahir
lunak.
2). Menghindari robekan
perinium untuk memudahkan penjahitan.
3). Menhindari robekan perinium
spontan.
4). Memperlebar jalan lahir
pada tindakan persalinan pervaginam.
2.3.3. Indikasi
Melakukan Episiotomi
Menurut Manuaba (2007) khusus pada primigravida,
laserasi jalan lahir terutama perineum sulit dihindari sehingga untuk keamanan
dan memudahkan menjahit laserasi kembali dilakukan episiotomi. Disamping itu, episiotomi dipertimbangkan pada multigravida dengan
introitus vagina sempit atau pada wanita dengan perineum yang kaku.
Selain itu menurut Sumarah (2008) indikasi episiotomi dilakukan pada:
1) Gawat janin,
untuk menolong keselamatan janin maka persalinan harus segera diakhiri
2) Persalinan
pervaginam dengan penyulit, misalnya presentasi bokong, distosia bahu, akan
dilakukan ekstraksi forcep, ekstraksi vakum.
3) Jaringan
parut pada perineum ataupun
pada vagina
4) Perineum
kaku dan pendek
5) Adanya
ruptur yang membakat pada perineum
6) Prematur
untuk mengurangi tekanan pada kepala janin
2.3.4. Jenis Eisiotomi
Jenis episiotomi yang dilakukan berdasarkan letak dan arah insisi
1). Episiotomi mediolateralis
Episiotomi mediolateralis merupakan insisi pada perinium ke arah
bawah, tetapi menjauhi rektum selain itu juga dapat ke arah kiri atau
kanan tergantung tangan dominan yang di
gunakan oleh penolong. Episiotomi mediolateral
paling sering digunakan karena
relatif lebih aman untuk mencagah
perluasan ruptur kearah derajat III dan IV.
2). Episiotomi median
Episiotomi median merupan insisi pada garis tengan perineum ke arah rektum tetapi tidak sampai mengenai
sepinter ani.
Keuntungan dan kerugian episiotomi median
a)
Perdarahan timbul dari luka episiotomi lebih sedikit
karena merupahkan daerah yang relatif sedikit mengandung pembulu darah
b)
Pengguntingan
bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan
penyembuhan lebih memuaskan.
Sedangkan kerugiannya Dapat terjadi ruptur perinium
tingakat III inkomplit (laserasi sampai ke sfingter ani) atau komplit (laserasi
dinding rektum)
3). Episiotomi lateralis
Episiotomi lateralis yaitu insisi yang dilakukan ke
arah lateral dari kira-kira jam 3 atau jam 9 menurut arah jarum jam. Jenis
eposiotomi ini sekarang tidak dilakuakan lagi karena dapat menimbulkan banyak
komplikasi.
Tabel
2.1.
Tingkat
episiotomy
|
Jaringan
terkena
|
Keterangan
|
Pertama
|
|
·
Mungkin tidak perlu dijahit
·
Menutup sendiri
|
Kedua
|
|
|
Ketiga
|
|
|
Keempat
|
|
|
Sumber: Manuaba (2007)
2.3.5. Prosedur pelaksanaan episiotomi
Prosedur melakukan episiotomi menurut Sarwono (2006)
1) Persiapan
2) Prosedur
utama (persalinan)
3) Aseptik/antiseptic
4) Episiotomi
5) Anastesi
lokal
a) Jelaskan
pada ibu tentang apa yang dilakukan dan agar ibu merasa tenang.
b) Pasanglah
jarum no. 22 pada spuit 10 ml, kemudian isi spuit dengan bahan anastesi
(lidokain HCl 1 % atau Xilokain 10mg/ml).
c) Letakkan 2
jari telunjuk dan jari tengah diantara kepala dan perineum. Masuknya bahan
anastesi (secara tidak sengaja) dalam sirkulasi bayi, dapat menimbulkan akibat
yang fatal, oleh sebab itu gunakan jari–jari penolong sebagai pelindung kepala
bayi.
d) Tusukkan
jarum tepat dibawah kulit perineum pada daerah komisura posterior (fourchette)
yaitu bagian sudut bawah vulva.
e) Arahkan
jarum dengan membuat sudut 45 derajat kesebelah kiri (atau kanan) garis tengah
perineum. Lakukan aspirasi untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak memasuki
pembuluh darah (terlihat cairan dalam spuit).
f)
Sambil menarik mundur jarum suntik, infiltrasikan 5-10 ml lidokain 1 %.
g) Tunggu 1-2
menit agar efek anastesi bekerja maksimal, sebelum episiotomi dilakukan.
Jika kepala
janin tidak segera lahir, tekan insisi episiotomi diantara his sebagai upaya
untuk mengurangi perdarahan.
Jika selama
melakukan penjahitan robekan vagina dan perineum, ibu masih merasakan nyeri,
tambahkan 10 ml Lidokain 1 % pada daerah nyeri.
Penyuntikan
sampai menarik mundur, bertujuan untuk mencegah akumulasi bahan anastesi hanya
pada satu tempat dan mengurangi kemungkinan penyuntikan kedalam pembuluh darah.
6) Tindakan
episiotomi
a) Pegang
gunting yang tajam dengan satu tangan.
b) Letakkan
jari telunjuk dan tengah diantara kepala bayi dan perineum, searah dengan
rencana sayatan.
c) Tunggu fase
acme (puncak his) kemudian selipkan gunting dalam keadaan terbuka antara jari
telunjuk dan tengah.
d) Gunting
perineum, dimulai dari fourchat (komissura posterior) 45 derajat ke lateral
(kiri atau kanan).
7) Lanjutkan
pimpin persalinan.
8) Melahirkan
Bayi
9) Melahirkan
Plasenta
10) Menjahit
luka episiotomi
a)
Atur posisi ibu dan menjadi posisi
litotomi dan arahkan cahaya lampu sorot pada aderah yang benar.
b)
Keluarkan sisa darah dari dalam
lumen vagina, bersihkan daerah vulva dan perineum.
c)
Kenakan sarung tangan yang
bersih/DTT. Bila perlu pasanglah tampon atu kasa ke dalam vagina untuk mencegah
darah mengalir ke daerah yang akan dijahit.
d)
Letakkan handuk untuk kain bersih di
bawah bokong ibu.
e)
Uji efektifitas anastesi local yang
diberikan sebelum episiotomi masih bekerja (sentuhkan ujung jarum pada kulit
tepi luka). Jika terasa sakit, tambahkan anastesi local sebelum penjahitan
dilakukan.
f)
Atur posisi penolong sehingga dapat
bekerja dengan leluasa dan aman dari cemaran.
g)
Telusuri daerah luka menggunakan
jari tangan dan tentukan secara jelas batas luka. Lakukan jahitan pertama
kira-kira 1 cm di atas ujung luka di dalam vagina. Ikat dan potong salah satu
ujung dari benang dengan menyisakan benang kurang lebih 0,5 cm.
h)
Jahitlah mukosa vagina dengan
menggunakan jahit jelujur dengan jerat ke bawah sampai lingkaran sisa hymen
i)Kemudian
tusukkan jarum menembus mukosa vagina di depan hymen dan keluarkan pada sisi
dalam luka perineum. Periksa jarak tempat keluarnya jarum di perineum dengan
batas atas irisan episiotomi.
j)Lanjutkan
jahitan jelujur dengan jerat pada lapisan subkutis dan otot sampai ke ujung
luar luka (pastikan setiap jahitan pada kedua sisi memiliki ukuran yang sama
dan lapisan otot tertutup dengan baik)
k)
Setelah mencapai ujung luka,
balikkan arah jarum ke lumen vagina dan mulailah merapatkan kulit perineum
dengan jahian secara jelujur.
l)Bila telah
mencapai lingkaran hymen, tembuskan jarum ke luar mukosa vagina pada sisi yang
berlawanan dari tusukan terakhir subkutikuler.
m) Tahan benang (sepanjang 2 cm) dengan klem, kemudian tusukkan kembali jarum
pada mukosa vagina dengan jarak 2 mm dari tempat keluarnya benang dan silangkan
ke sisi berlawanan hingga menembus mukosa pada sisi berlawanan.
n)
Ikat benang yang dikeluarkan dengan benang pada klem dengan simpul kunci
o)
Lakukan kontrol jahitan dengan pemeriksaan colok anaus (lakukan
tindakan yang sesuai bila diperlukan)
p)
Tutup jahitan luka episiotomi dengan kasa yang diberi cairan antiseptic.
2.3.6. Hal-hal
Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Episiotomi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
episiotomi menurut Ari sulitiyawati (2010)
1)
Jelaskan pada
pasien tentang tindakan yang akan dilakukan seta tujunanya.
2)
Sebelum melakukan
episiotomi berikan anasetesi terlebih
dahulu karena merupakan asuhan sayang ibu.
3)
Jangan melakukan
episiotomi terlalu dini karena akan menyababkan perdarahan, tunda sampai
perinium menipis adan pucat serta kepala banyi namapak di vulva 5-6 cm.
4)
Arah gunting
mediolateralis untuk menghindari ruptur totalis.
2.3.7. Manfaat
Episiotomi
Menurut Rohani,Reni.dkk.(2011),
manfaat episiotomi adalah sebagai
berikut:
1)
Mencegah robekan
perinium derajat tiga, terutama sekali dimana sebelumnya ada laserasi yang luas
didasar panggul.
2)
Menjaga uretra dan klitoris dari truma yang luas.
Kemungkinan mengurangi regangan otot penyangga kandung kemih atau rektum yang
terlalu kuat dan berkepanjangan, yang kemudian menyebabkan inkotinesia urine
dan prolps vagina.
3)
Mengurangi lama
kala II yang mungkin penting terhadap kondisi ibu dan keadaan janin (fetal
distress)
4)
Memperbesar vagina
jika di perlukan manipulasi untuk melahirkan bayi, contahnya pada persentasi
bokong atau pada persalinan dengan forsep
5)
Mengurangi risiko
luka intranial pada bayi prematur.
2.3.8. Kerugian
episiotomi
Menurut Rohani, Reni.dkk.(2011)
beberapa kerugian yang perlu diingat adalah sebagai berikut :
1)
Dapat menyebabkan nyeri pada masa nifas yang tidak
perlu, sering membutuhkan penggunaan analgesik
2)
Menyababkan ketidak
nyamanan dan nyeri karena insisi episiotomi juga penjahitan pada saat berbaring
dan duduk di tempat tidur. Banyak ibu
mengalami nyeri pada saat duduk di kursi dan pada saat berjalan neyeri bisa
menyababkan kesulitan pada saat BAK
3)
Nyeri dan ketidak
nyamanan dapat berlangsung lama sampai beberapa minggu atau satu bulan
postpartum
4)
Terjadi perdarahan
5)
Insisi dapat
bertambah panjang jika persalinan tidak terkontrol atau jika insisi tidak
dilakukaan baik.
6)
Selalu ada resiko terjadi infeksi, terutama
jika berdekatan dengan anus.
2.3.9. Faktor –fakto yang berhubungan dengan
tindakan episiotomi
2.3.9.1. Usia ibu
Menurut hartono(2003) umur
istri diatas 35 tahun sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai dua orang anak. Karena ibu di usia tersebut
tidak di ajurkan utuk mempunyai anak atau hamil lagi karena alasan medis dan
alasan lainnya. Hubungan dengan tindakan episiotomi adalah apabila melahirkan lebih
dari melewati batas relative akan lambat utuk penyembuhan
Berdasarkan penelitan yang
dilakukan oleh Aryanti (2008) di lakukan di puskesmas magasana Yokyakarta
menyatakan dari 74 kasus ibu bersalin terdapat 45 kasus
mengalami tindakan episiotomi. Sebanyak 40 kasus terjadi pada ibu usia 30
tahun.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Syafari (2009) di BPS
“Y” dari 95 persalinan normal 68 persalinan mengalami tindakan episiotomi
terdapat jumlah ibu yang < 20 tahun sebanyak 10 orang dan usia 35 tahun
mengalami tindakan episiotomi sebanyak 23 orang.
2.3.9.2. Berat Badan Lahir
Berat badan merupakan salah
satu ukuran antropometri yang di gunakan
untuk pemeriksaan kesehatan anak
yang di kelompokan menurut umur (Nursalam, 2008)
Berat badan lahir adalah berat
badan yang di timbang 24 jam pertam
setelah kelahiran. Semakin besar bayi yang dilahirkan meningkatkan resiko terjadinya
episiotomi. (Sarkini,
2007)
2.3.9.3. Kondisi perineum
Kondisi
perineum merupakan pembukaan dari pintu atas panggul. Terletak anatara pulpa
dan anus. Tidak semua kelahiran anak pertama disertai denagan perineum yang
kaku. Tatapi jika perinium sangat kaku sehingga persalianan berlangsung lama dan
proses persalinan terjdi sulit, perlu dilakukan episiotomi.(Haspari,
2010)
2.3.9.4. Jenis tindakan persalinan
Jika berat
janin diperkirakan mencapai 4 kg, maka hal ini dapat menjadi indiaksi dilakukannya
persalinan secar. Alasan yang manjasi buktinya yaitu: resiko komplikasi akan
menjadi besar dan berbahaya jika bayi dilahirkan melalui vagina. Namun mungkin
saja resiko ini terlampaui jika ternyata rongga panggul ibu lebih lebar. Jika di temukan porsio persalinan macet
karena bahu bayi yang lebar misalnya, bantulah dengan episiotomi ( hapsari
2010). Episiotomi boleh dilakukan jika persalina menggunakan alat bantu
tujuannya untuk mempermudah tindakan.
2.3.9.5. Penolong persalinan
Penolong
persalinan adalah seseorang yang mampu dan berwewenang memberikan asuhan
persalinan. Pimpinan persalinan yang salam merupakan suatu yang menyebabkan
dilakukannya tindakan episiotomi. Sehinga deperlukan kerjasama dengan ibu
hingga dan pirasat manual yang dapat ekspulasi kepalah, bahu dan seluruh badan
bayi untuk mencegah laserasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN
KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PADA NY”D” G1P0A0
JANIN TUNGGAL
HIDUP PRESENTASI KEPALA DENGAN TINDAKAN
EPISIOTOMI
DI RUANG BERSALIN RSUD
PALEMBANG BARI
TAHUN 2013
Tangggal pengkajian : 05
Desember 2013
Waktu pengkajian : 14.30.WIB
Tempat pengkajian : Ruang Bersalin RSUD Palembang BARI
Tanggal Masuk RS : 05
Desember 2013 pukul 10.30 WIB
No.Rekam Medik :
10.27.30
I.
DATA
SUBJEKTIF
A.
BIODATA
Nama
pasien : NY” D”
Umur : 18 thn
Agama : Islam
Suku/bangsa : Palembang
/ Indonesia
Pendidikan : Smp
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln. KH.zhari RT.51 No.750 kel 4-5 ulu palembang
Nama
suami : Tn ” A”
Umur : 22 thn
Agama : Islam
Suku/bangsa : Palembang/ Indonesia
Pendidikan : SMP
|
Alamat : Jln. KH.zhari RT.51 No.750 kel 4-5 ulu palembang
B.
ALASAN DATANG
Pada tanggal 05
Desember 2013 pukul
10.30 WIB ibu Masuk
ruang bersalin dari ruang ponek RSUD
palembang Bari.Ibu mengaku hamil 9 bulan, Mengaku hamil anak yang pertama sudah keluar air 05.00 wib serta mengeluh
sakit perut menjalar ke pinggang.
C.
DATA KEBIDANAN
1.
Riwayat perkawinan
Status perkawinan : kawin
Jika kawin : Berapa kali :1 kali
Lamanya :1
tahun
Usia :17 thn
2.
Riwayat haid
Menarche : 13 thn
Siklus :
28 hari
Lamanya : ± 7 hari
Bauh
haid : Amis
Warna :
Merah
Jumlah : ± 2 kali ganti
pembalut/hari
Disminorhoe : Tidak ada
Bentuk
pendarahan : Cair
3.
Riwayat kehamilan
Persalinan dan Nifas yang lalu
No
|
Tahun persalinan
|
Umur
kehamilan
|
Jenis
persalinan
|
Penolong
|
Penyulit
|
Nifas
|
Jk
anak
|
Bb
anak
|
Pb
anak
|
Ket.
|
1
|
Ini
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
Riwayat kehamilan
sekarang
·
GPA : G1P0A0
·
HPHT :01 – 03 - 2013
·
TP :08 - 12- 2013
·
Usia Kehamilan : 39 minggu 6 hari
·
ANC : 4 kali
·
TT :2 Kali
·
Tablet Fe :60 tablet
·
Gerakan janin : (+)
·
Tanda bahaya : Tidak Ada
·
Keluhan selama hamil : Sering Keputihan
D.
DATA KESEHATAN
·
Riwayat penyakit yang
pernah di derita
TB : Tidak
ada
Malaria : Tidak ada
Tifoid : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
Ginjal
: Tidak
ada
·
Riwayat Operasi Yang
Pernah di Derita : Tidak pernah melakukan operasi
·
Riwayat kesehatan
keluarga
Keturunan kembar : Tidak ada
·
Riwayat penyakit
keluarga/keturunan
TB :
Tidak ada
Malaria :
Tidak ada
Tifoid : Tidak ada
Jantung :
Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
E.
RIWAYAT KB
Pernah
menjadi aseptor KB
: Belum Pernah
Jenis Kontrasepsi yang
digunakan : Tidak ada
Alasan berhenti KB : Tidak
ada
Masalah selama
penggunaan KB :
Tidak ada
F.
DATA KEBIASAAN
SEHATI-HARI
1.
Nutrisi
Pola makan : ±3X /hari
Porsi
: 1
piring nasi beserta lauk-pauk, sayur-sayuran dan buah-buahan
Pola minum : ± 8 gelas
Keluhan : Tidak ada
Pantangan : Tidak ada
2.
Eliminasi
BAK : ± 6
kali/hari
BAB : ±1
kali/hari
3.
Isitirahat dan Tidur
Tidur siang : 1-2 jam sehari
Tidur malam : 6-7 jam/hari
4.
Olahraga dan Rekreasi
Olahraga : Jalan-jalan
di pagi hari
Rekreasi : Sekali-sekali
5.
Personal hygiene
Mandi : ± 2 kali sehari
Gosok gigi : ± 2 kali sehari
Ganti pakaian dalam : ± 2 kali sehari dan ketika
lembab
G.
DATA PSIKOLOGI
Hubungan dengan
keluarga : Baik
Hubungan dengan orang
lain : Baik
Respon terhadap
kehamilan : Baik
Harapan terhadap
kehamilan : Sangat di harapkan
Rencana melahirkan : Di Bidan
Persiapan yang
dilakukan : Fisik,
Perlengkapan persalinan dan
materi
Rencana mennyusui : Asi eksklusif
Rencana merawat anak : Dirawat bersama keluarga
Pengambilan keputusan : Suami
Kebiasaan/adat istiadat : Tidak ada
II.
DATA OBJEKTIF
A.
PEMERIKSAAN
FISIK
1.
Keadaan
Umum
Kesadaran
: Compos mentis
Keadaan
Emosional : Baik
2.
Tanda-tanda
Vital
Tekanan
Darah : 100/70 mmHg
Polse : 84
kali/menit
Respirasi
: 20
kali/menit
Suhu : 360C
3.
Status
Gizi
Berat
Badan
·
Sebelum
Hamil : 44kg
·
Sekarang : 56 kg
Tinggi Badan :
148 cm
Lila :
24 cm
B.
PEMERIKSAAN KEBINAN
1)
INSPEKSI
Kepala :Simetris,
tidak ada benjolan, Rambut tidak rontok,bersih
tidak ada ketombe
Muka
Closma gravidarum :
Ada
Oedema :
Tidak ada
Mata
Kelopak mata :
Tidak oedema
Konjungtiva : Tidak pucat
Sclera :
Tidak ikterik
Reflek Pupil : Baik (+/+)
Mulut
dan gigi
Gigi :
Tidak ada caries
Gusi : Tidak ada stomatitis
Kelainan :
Tidak ada keainan
Telinga :
Tidak ada serumen
Leher
Kelenjar tiroid :Tidak ada pembesaran
Kelenjar limfe :Tidak
ada kelainan
Vena jugularis :Tidak
ada kelainan
Payudara
Keaadan :
Simetris
Putting susu :
Menonjol
Areola mamae : Hiperpigmentasi
Pengeluaran cairan : Belum ada
Masa :
Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
Abdomen
Keadaan :
simetris
Bekas operasi :
Tidak ada
Strie :
Ada
Linea :
Ada
Eksrimitas
Atas
Oedema
: Tidak ada
Pergerakan : +/+
Bawah
Oedema :
Tidak ada
Pergerakan : +/+
Varices :
Tidak ada
Refleks patella : Ka/ki (+/+)
Genetalia
Kebersihan :
Bersih
Kelenjar bartholini :
Tidak ada pembekakan
Oendema : Tidak ada
Varices : Tidak ada
Perineum : Menonjol
Pengeluaran cairan : Keluar cairan
berwarna jernih dan berbau amis
Pemeriksaan Dalam
Portio
: Lunak, Medial
Pembukaan servix : 7 cm
Penipisan : 70%
Ketuban : (-), warna Jernih,
bau amis, Tidak bercampur mekonium.
Presentasi : Kepala
Penurunan : 3/5
Petunjuk : UUK kanan depan
2.
PALPASI
Leopold I : Tinggi pundus uteri 3 jari
dibawah prosesus
xiphoideus (28 cm),bagian atas teraba bokong.
Leopold II : Sebelah kanan teraba besar dan datar (punggung)
sebelah kiri teraba bagian-bagian terkecil
janin.
Leopold
III : Bagian terbawah teraba bulat
keras dan tidak dapat
di goyangkan (kepala)
Leopold IV : Bagian terbawah janin Sudah
memasuki PAP ,3/5
TBJ : 2635 gram
(TFU-12)X155 (28-12)x 155: 2635
His :
Teratur
Frekuensi :
4x/10’/30”
Kandung kemih : Penuh
3.
AUSKULTASI
DJJ : (+)
Frekuensi :132X/menit
Lokasi : Di bawah pusat sebelah kanan
4.
PERKUSI
Refleks patella ka/ki : +/+
C.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1)
Pemeriksaan
lab
a)
Darah
- Golongan Darah
: O
- HB :11,7
gram %
b)
Urine
-
ProteiN : -
-
Glukosa : -
2)
Pemeriksaan panggul
Distensia
spinarum :
Tidak di lakukan
Distensia
cristarum :
Tidak di lakukan
Distensia
eksterna : Tidak di
lakukan
Lingkar
panggul : Tidak di
lakukan
3)
USG :
Dilakukan Oleh dokter SpoG
III.
ASESSMENT
A.
Diagnosa
: GIPOAO
hamil aterm inpartu kala 1 fase laten JTH preskep
B.
Masalah
: Ibu
merasa mules dan cemas akan keadaannya
C.
Kebutuhan :
·
Observasi
Tanda-tanda Vital
·
Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian therapy
·
Kosongkan
kandung kemih
·
Lakukan
pemantuan persalinan His, DJJ dan pemeriksaan dalam
·
Motivasi
dan dukungan emosional
·
KIE
tentang kebutuhan nutrisi
·
Menyiapkan
alat-alat partus set
IV.
PLANING
1.
Mengbservasi tanda-tanda vital
Tekanan
Darah : 100/70 mmHg
Polse :
84 kali/menit
Respirasi :
20 kali/menit
Suhu :
360C
-
Ibu
mengetahui hasil pemeriksaan yang di lakukan
2.
Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian therapy
Thrapy yang di berikan yaitu
IVFD
RL + Induksin 1
ampul GTT xx/menit
Injeksi
Cepotaxme 2 x1 gram
3.
Mekalukan
pengosongan kandung kemih dengan pemasangan kateter
-
Kandung
kemih sudah kosong
4.
Melakukan pemantauan persalinan dengan hasil
pemeriksaan dalam
DJJ :
144x/menit
His
:
4x/10’/30”
Portio : lunak
Pembukaan servix :7 cm
Penipisan : 70%
Ketuban :
Negatif
Presentasi :
Kepala
Penurunan :
3/5
Petunjuk : UUK kanan depan
-
Ibu
mengetahui hasil pemeriksaan
5.
Memebri
KIE tentang dukungan emosional dan motivasi pada ibu agar tidak merasa takut
dalam menghadapi proses persalinan
- Ibu tidak merasa takut dalam menghadapi persalinan
6.
Memberi
KIE tantang kebutuhan nutrsi dengan menganjurkan kepada ibu untuk menkonsusmsi
makanan bergizi agar pada saat persalinan ibu tidak merasa lemas, serta
ajaurkan ibu untuk minum teh hangat agar ibu sedikit bertenaga.
-
Ibu
mengerti dengan penjelsan yang di berikan
7.
Menyiapkan
alat-alat partus set untuk proses persalinan
-
Alat-alat
sudah disiapkan
KALA
II
Pengkajian dilakukan pada Tanggal :05
desember 2013,Pukul 15.00 di ruang bersalin RSUD Palembang
Bari
I
. SUBJEKTIF
Ibu
merasa mules dan timbul rasa ingin meneran
II.
OBJEKTIF
1)
Keadaan Umum
Kesadaran :Compos mentis
Keadaan Emosional :Baik
2)
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah :100/80 mmHg
Polse :80x/menit
Respirasi : 20x menit
Suhu : 360C
3)
HIS
Frekuensi : 5x/10’/40”
Blas : Kosong
4)
DJJ
Sifat :
Teratur
Frekuensi :
150X/menit
Lokasi :
Sebelah kanan ibu
5)
Perineum : Menonjol
6)
Vulva : Membuka
7)
Anus : Terdapat
tekanan
8)
Pemeriksaan Dalam
Portio
: Tidak
teraba
Pembukaan : 10 cm
Pendataran
: 100%
Ketuban :(-),warna Jernih, Bau
amis,Tidak bercampur mekonium.
Presentasi :Kepala
Penurunan :1/5
Petunjuk :UUk kanan depan
III.
ASESSMENT
A. Diagnosa : G1POAO hamil aterminpartu
kala II JTH preskep
B. Masalah : perut terasa mules dan ibu ingin
meneran
C. Kebutuhan : Pimpinan persalinan
IV. PERENCANAAN
1.
Mencuci
tangan dengan tujuh langkah efektif sebelum dan sesudah melakukan tindakan
untuk pencegahan infeksi
-
Mencuci
tangan sudah dilakukan
2.
Mengbservasi tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Polse :
84 kali/menit
Respirasi :
20 kali/menit
Suhu :
360C
-
Ibu
mengetahui hasil pemeriksaan yang di lakukan
3.
Mengobservasi DJJ dan His dengan hasil
DJJ : 144x/menit
His
: 5 x/10’/40”
-
Observasi
sudah dilakukan
4.
Mempersiapkan ibu untuk proses persalinan
dengan mengatur ibu pada posisi litotomi
-
Ibu
dalam posisi titotomi
5.
Menganjarkan ibu cara meneran yang pada saat ada HIS meneran seperti ingin
BAB dan istrat jika tidak ada HIS
- Ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan
6.
Lakukan
pimpinan persalinan serta melakukan episiotomy
Pukul 15.05 WIB ibu di anjurkan
untuk meneran pada setap kontraksi,
ketika Kepala sudah tamapak pada perinim 5-6 cm
tangan kanan penolong berada di depan perineum untuk menahan perineum dan
kepala tidak maju-maju maka di lakukan episiotomy secara mediallatera. Setelah dilakuakn episiotomy tangan kanan
penolong berada di perineum untuk menahan kepala agar tidak terjadi defleksi yang berlebihan dan
kepala sudah diperiksa apakah ada lilitan tali pusat pada leher bayi. Tangan di
letakan secara biparietal untukmelahirkan bahu depan tarik curam ke atas
untmelahirkan bahu anrerior dan tarik curam kebawa untuk melahirkan bahu
posterior kemudian dilakukan sanggar susur
untuk melahirkan badan hingga kaki bayi lalu di nilai menngunakan apgar score
dan melakukan perawatan bayi baru lahir.
- Pada
pukul 15.15 WIB bayi lahir spontan. jenis kelamin perempuan
dengan BB 2500 gram, panjang badan 46 cm, Lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 35
cm apgar scor 9/10 anus (+)
7.
Melakuakan
perawatan bayi baru lahir yaitu
melakukan pengeringan tubuh bayi kemudian melukan penjempitan dan pemotongan tali pusat Melakukan IMD dengan meletakan
bayi diantar kedua payudara ibu dengan muka menghadap kesalah satu putting susu
ibu dan menyelimuti bayi dan pemebrian salap mata.
- Perawatan bayi baru
lahir sudah dilakuakan.
KALA
III
Tanggal pengkajian :05 Desember 2013
Waktu pengkajian : 15.30 WIB
1.
SUBJEKTIF
Ibu
mengatakan lemas
II.
OBJEKTIF
1.
Keadaan umum
·
Kesadaran : Compo metis
·
Keadaan emosional :Stabil
2.
Tanda-tanda Vital
·
Tekanan Darah :100/80 mmHg
·
Polse :80x/menit
·
Respirasi :20x menit
·
Suhu :360C
3.
Plasenta
·
Kelengkapan : Sengkap
·
Kotiledon : 18
·
Selaput : lahir lengkap tidak ada
robekan
·
Panjang tali pusat : 45 cm
·
Insersi : centralis
·
Berat : ±600 gram
4.
TFU : Sepusat
5.
Kontraksi :+
6.
Kandung kemih :Kosong
7.
Perdarahan :±
200 cc
III.
ASESSMENT
A.
Diagnosa :P1A0 Post partum
kala III
B.
Masalah : Ibu merasa masih mules karena
plasenta belum lahir
C.
Kebutuhan :
·
Observasi Tanda-Tanda
Vital
·
Lakukan manajeman aktif
kala III
·
Lakukan Eksplorasi
ulang
·
Melakukan masase uterus
·
Melakuakan heating
perineum
·
lakukan perawatan luka
episiotomi
IV.
PLANNING
1.
Mengobservasi
tanda-tanda vital dengan hasil
Tekanan Darah :100/80 mmHg
Polse :80x/menit
Respirasi : 20x menit
Suhu : 360C
- Ibu mengetahui hasil
pemeriksaan yang di lakukan
2.
Melakukan manajemen
aktif kala III Pemberian oksitosin 10 unit secara IM dipaha sebelah kiri bagian
luar.Melakukan peregangan tali pusat terkendali Mengenali tanda-tanda plasenta
lepas seperti: adanya semburan darah secara tiba-tiba,tali pusat memanjang,
uterus membundar.
- Manajemen
aktif kala III telah dilakukan Plasenta lahir dengan lengkap,melakukan
penilaian plasenta diameter plsenta ± 5 cm, Kontiledon 18, Selaput lahir
lengkap tidak ada robekan,Panjang tali pusat 45 cm,,Insersi centralis, Berat
plasenta 600 gram.
3. Melakukan eksplorasi untuk mentahuhi ada
tidaknya sisa plasenta
-
Hasil yang dilakukan tidak ada
sisa plasenta yang tertinggal.
4. Melakukan masase uterus ± 15 menit untuk
merangsang kontraksi uterus
- Masase telah dilakukan kontraksi
uterus baik
5. Melakuakan heating perineum dengan menggunakan benang kronik 2/0 heating di
lakukan secara jelujur.
- Heating
sudah dilakukan dan tidak ada perdarahan
6.
Melakukan perawatan luka episiotomi
dengan kassa betadine. Dengan cara mamasukan kassa betadin setengah di dalam
vagina dan setengahnya menutupi jahitan episiotomy di luar, sambil
mengajarkan kepada ibu cara pengantian
kasa betadine, yaitu ketika selesai BAK atau BAB, dan mandi.
- Ibu
mengerti dengah hasil penjelasan.
7
Membersihkan ibu dengan
air DTT dan melakukan pemasangan
pembalut dan gurita ibu
-
Ibu merasa nyaman.
8
Memebrikan KIE mengenai
kebutuhan nutrisi ibu. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan bergizi
seperti manan ikan,tahu tempe,serta mengonsumsi buah serta sayur-sayuran.
- Ibu
mengerti dengan penjelasan
KALA IV
Pengkajian Dilakukan pada tanggal 05 desember 2013
Waktu pengkajian : 18.00 WIB
I.
SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mules
dan masih sangat lelah
II. OBJEKTIF
1.
Keadaan umum : lemas
2.
Kesadaran : Compos mde
3.
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah :100/80 mmHg
Polse :80x/menit
Respirasi :20x menit
Suhu :360C
3.
Kontrasi uterus : baik
4.
TFU :2
jari dibawah pusat
5.
Kandung Kemih : kosong
6.
Perdarahan : ± 50 cc
III.
ASESSMENT
A. Diagnosa : P1A0 post
partum kala IV
B. Masalah
: Ibu masih merasa
lelah dan perut terasa mules
C.
Kebutuhan :
·
Observasi tada-tanda
vital
·
Observasi perdarahan
·
Beri KIE mengenai keadaan
Fisiologi setelah melahirkan
·
Beri KIE tentang personal
hygine
·
Beri KIE mengenai
pemenuhan nutrisi
·
Beri KIE tentang ASI
Eklusif
·
Beri KIE tentang KB
·
Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian therapy
·
Beri KIE tetang
kunjungan ulang
IV.PLANNING
1.
Mengobservasi
tanda-tanda vital seperti
Keadaan umum : Baik
Kesadaran
: Compos metis
Keadaan emosional :Stabil
Tanda-tanda Vital
Tekanan
Darah :100/80 mmHg
Polse :80x/menit
Respirasi :20x menit
Suhu :360C
- Ibu
mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan.
2.
Melakukan observasi
Perdarahan ± 50 CC dan kontraksi uterus
baik
- Observasi telah dilakukan
3.
KIE mengenai Keadaan
Fisiologis Setelah melahirkan, Menjelaskan kepada ibu bahwa kaadaan yang
dialami oleh ibu saat ini adalah suatu yang fisilogis(normal), Rasa mules yang
timbul disebabkan oleh kontraksi uterus untuk mencegah terjadinya perdarahan.
- Ibu
mengerti dengan penjelasan
4.
Memberikan KIE mengnai
personal hygine dengan Menjelaskan kepada ibu tentang personal hygine,untuk
menjaga kebersihan kemaluan, perawatan luka episiotomy dengan menganti kasa
bitadine cara pengantian kasa betadine, yaitu kitika selasai BAK atau BAB, dan
mandi.
-
Ibu mengerti dengan
penjelesan yang di
5.
Memberikan KIE tentang nutrisi yaitu Menganjurkan
kepada ibu untuk menonsumsi makanan yang bergizi seperti
sayur-sayuran,buah-buahan,susu,tahu,tempe,ikan dll.
-
Ibu menerti dengan
penjelasan yang di berikan
6.
Memberikan KIE tentang
ASI eklusif yaitu hanya memberikan asi saja selama 6 bulan pertama tanpa
memberikan makanan tambahan dan menjelasakan keutungan ASI kepada ibu:
·
Meningkatkan kekebalan
tubuh bayi
·
Mempercepat penyembuhan
ibu pada masa nifas
·
Mencegah bayi dari
batuk pilek, radang tenggorokan, diare, dan gangguan pernafasan
·
Melindungi bayi dari
alergi
·
Aman dan terjamin
kebersihannya.
-
Ibu mengerti dengan
penjelasan
7.
Memberikan KIE tentang KB,
menganjurkan kepada ibu agar menggunakan alat konrasepsi dahulu menimal 2
tahun.
-
Ibu mengerti dengan
penjelsan yang diberikan
8.
Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian therapy
Thrapy yang di berikan yaitu
IVFD RL + Induksin 1
ampul GTT xx/menit
Injeksi Cepotaxme 2 x1 gram
T/oral asamefenamat 3x1 tablet
Vitamin B kompleks 2x1tablet
Terapy sudah diberikan
9.
Memberi tahu ibu untuk
melakukan kunjungan ulang yaitu satu
atau dua minggu setelah persalinan,
-
Ibu menerti dengan
penjelasan yang diberikan
BAB
IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
4.1.1 Langkah Pertama :
Pengumpulan Data Dasar
Menurut varney
(2004), data dapat di kumpulkan dari beberapa sumber. Sumber yang dapat memberikan informasi paling
akurat yang dapat di peroleh secepat mungkin dan upaya sekecil mungkin. Pasien
adalah sumber imformasi yang akurat disebut sumber data perimer. Teknik
pengumpulan data yaitu dengan observasi, wawancara dan pemeriksaan. Data secara
garis besar di klasifikassikan menjadi data subjektif dan data objektif. Pada
waktu bidan mengumpulkan data subjektif yang efektif adalah dengan mewawancarai
pasien, lebih di perhatikan hal – hal yang menjadi keluhan lebih di utama
pasien. Pada pengumpulan data objektif bidan harus mengamati ekspresi dan
perilaku pasien mengamati perubahan/ kelainan fisik, menggunakan teknik
pemeriksaan yang tepat dan benar, melakukan pemeriksaan terarah dan berkaitan
dengan keluhan pasien.
Dari hasil
pembahasan pengungumpulan data subjektif pad ny”D” menggunkan teknik wawan cara
menyakan biodata, alasan datang, riwayat perkawina, riwayat haid, riwayat
obsetri yang lalu dan sekarang, riwayat kesahatan, riwayat KB, kebibiasaan
sehato-hari dan psikologi.
|
Dari hasil
penelitan dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kesenjangan teori dan prktik.
Penulis berasumsi bahwa pelaksaan pelakasanan pengambilan data dasar yaitu data
subjektif dan objektif di ruang bersalin RSUD Palembang Bari.
4.1.2. Langkah ke dua : Interprestasi Data Dasar
Menurut varnny
(2004), dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa dan masalah atau
kebutuhan klien berdasarkan iterpertasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpertasikan sehingga di
temukan masalah atau diagnaosa yang
spesifik.
Langkah awal
atau perumasan diagnosa atau masalah kebidanan atau analisa data yaitu
mengangabungan dan menghubungankan data satu dengan data yang lainnnya sehingga
tergambar fakta. Dalam asuhan kebidanan masalah dan diagnose kenduannya dipakai
karena beberapa masalah tidak dapat dididefenisikan sebagi diagnose tatapi
tetap tetap pertimbangkan untuk memebuat rencana yang menyeluruh. Masalah
sering berhubungan dengan bagaimana
pasien menagalami kenyatan terhadapa diagosan.
Dari hasil penelitan interprestasi atas
didapatakan dari wawancara dan pemeriksaan. Diagnosa ditegagkan berdasarkan
anamese dan pemeriksaan yang dilakukan. Tidak ditemukan masalah selama
pemeriksaan asuhan kebidanan kala II,III sampi IV.
4.1.3. Langkah Ketiga: Mengedentifikasikan Diagnosa
atau Masalah Potensial
Menerut varney (2004)
pada langkah ini beberapa hasil dari interprestasi data dasar dapat digunankan
dalam mengidentisiakan masalah atau
diagnose potesnial lain berdasarkan rangakan masalah dan diagnosan yang sudah
diidenfikasikan.
Dari hasil
penelitan tidak ada data yang menunjang un tuk menengakan diagnose atau masalah
potensial. Sehingga dapat disimpukan bahawa tidak terjadi kesenjangan teori dan
praktik
Penulis
berasumsi bahwa pelaksaan praktik di ruang bersalin RSUD Palembang bari sesuai
dengan standar.
4.1.4. Langkah Ke Empat: Mengidentifikasi dan
Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penenganan Segera.
Menurut Varney (2004),
data ini ditujukan mengatisipikasi dan menantisipasi dan koloborasi dengan
kesatan lain kondisi pasien.
4.1.5 Langkah Ke Lima: Merencanakan Asuhan yang Komperensip
dan Menyeluruh.
Menurut Varney (2004),
pada langkah ini dirancanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan langkah
sebelumnya langkah ini. Merupakan kelanjutan menejamen terahdap diagsona atau
masalah yang diidentisifikasika tau antisipasi, pada langkah ini informasi atau
data yang tidak lengkap dilengkapi.
Perencanaan yang dibuat dalam memberikan asuhan kebidanan
berdasarkan pada diagnosa dan kebutuhan sesuai dengan menejemen kebidana
tujuhan langkah varney.
Berdasarkan
pembehasan diatas dapat disimpukan bahawa titak kesenjangan teori dan prkati
penulis berasumsi bahwa pelaksaaan
praktik di ruang Bersali RSUD Palembang bari sesuai standar.
4.1.6. Langkah Ke Enam : Pelaksaan
Menurut Varney (2004),
pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah di
uraikan pada langkah ke 5 di laksaankan secara efisien yang aman. Perencanaan
ini bisa bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan
sebagian dilakuka oleh klien, atau anggota tim lainnya. Menenjemen yang efisien
akan menyikat waktu, biaya dan menikan murtuh asuhan.
Pelaksanan dilakukan sesuai dengan perencaan yang telah
dibuat sesuai dengan manajemen kebidanan tujuh langkah varrney. Namu dalam
pelaksaan khusunya mengenai tidak episiotomy ada beberapa poi dari pelakssaan
tersebut yang tidak dilakukan seperti : tidak memberikan anas stesi terlebih dahulu sebelum melakukan
tindak evisiotomi. Berdasarkan pembvehsaan di simpukan bahwa ada kesenjangan
antara teori dan praktik. Sehingga penulis berasumsi bahwa kesenjang
tersebut tidak telalu berpengaruh terhadap
proses penanngan dan ahsil akhir yang diharapkan.
4.1.7. Langkah
Ke Tujuh : Evaluasi
Menurut Varney (004)
pada langkah evalusi keefektifan dari asuhan yang sudah di berikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebatuhan sebagai mana telah di identifiksakan didalam masalah dan
diagnisa. Rencan tersebut dapa di anggap efektif jika memeng bener-benar dlam
pelaksaannya.
Evaluasi dari
pelakssaan asuhan kebidannan adalah semua tindakan telah dilakukan sesuai dengan manajemen
kebidan tujuh langkah varrney dan sesuai dengan prosedur tidakan episiotomi
sehingga muncul masalah seperti robekan jalan lahir yang berlebihan.
4.2. Hasil Pengkajian
Pengkajian ini di lakukan untuk mengetahui asuhan kebidanan pada yang diberikan pada Ny” D” G1P0A0 janin tunggal
hidup persetasi kepala dengan tidakan episiotomy di ruangbersali RSUD Palembang
Bari tahun 2013.
Asuhan kebidan yang dilakukan asuhan kebidanan pada Ny” D” G1P0A0 janin tunggal
hidup persetasi kepala dengan tidakan episiotomy di ruang bersali RSUD
Palembang Bari tahun 2013, dari data subjektif dan data objektif dengan hasil,
mengatakan hamil anak yang pertama, tidak pernah keguguran, tidak memliki penyakit
keturunan,dan juga mentakan tidak pernah menjalani oprasi dari
hasil pengkajian data objektif pemeriksaan fisik ibu tidak di temukan kelainan
yang menuju masalah potensial, hasil observasi tanda-tanda vita pada Ny”D” Keadaan UmumKesadaranCompos mentis, Keadaan
Emosional: Baik, Tanda-tanda Vital: Tekanan Darah 100/70 mmHg, Polse: 84 kali/menit, Respirasi: 20 kali/menit, Suhu: 360CStatus Gizi,
Berat Badan, Sebelum
Hamil: 44 kg, Sekarang:
56 kg,
Tinggi Badan: 148 cm, Lila : 24 cm. Pada pemeriksaan kebidanan yaitu inspeksi yaitu
tidak terjadi kelainan rambut bersih tidak ada ketombetidak rontok,
muka tidat terdapat closma gravidarum tidak ada odem, mata tidak ikterik,
konjungtiva tidak anamis, mulut tidak ada karies gigi dan sariawan,hidung
bersih tidak ada polip, pada leher tidak ada pembesaran kelenjar lime,
venajugularis, dan kelenjar tiroid. pada payudara keadaan simetris, puting
menonjol, areola hyperpigmentasi dan ada pengeluaran cairan. genitalian bersih,
tidak ada odem,varices.Pada pemeriksaan dalam portio terba lunak pembukaan 7 cm
dan penipisan 70%, ketuban negatif, persetasi kepala,petunjuk ubun-ubun kecil
kanan depan, penurunan 3/5.
Dilakukan palpasi dengan metode leopold : Leopold I Tinggi pundus uteri 3 jari
dibawah prosesus xiphoideus (28 cm),
bagian
atas teraba bokong. Leopold
II : Sebelah kanan teraba besar dan datar (punggung) sebelah kiri teraba
bagian-bagian terkecil janin. Leopold III: Bagian terbawah teraba
bulat keras dan tidak dapatdi goyangkan
(kepala). Leopold IV: Bagian terbawah janin Sudah
memasuki PAP 3/5. TBJ:
2635 gram (TFU-12)X155 (28-12)x 155: 2635.
Frekuensi
His : 5x/10’/30” DJJ : 144x/menit. Kala II pembukaan lengkap pukul 15.00
wib ibu mengeluh sakit semakin sering
dan ibu timbul rasa yang ingin meneran. Dengan data objektif di temukan ,
Tekanan Darah :100/80 mmHg,Polse:80x/menit Respirasi: 20x menit Suhu: 360C.
Frekuensi his : 5x/10’/40’’. DJJ: Teratur Frekuensi
:150X/menit, Lokasi :Sebelah kanan ibu
Perineum : Menonjol. Vulva: Membuka. anus terdapat tekanan Pemeriksaan Dalam,Portio: Tidak teraba
Pembukaa: 10 cm. Pendataran: 100%.Ketuban:(-),warna Jernih Bauamis,Tidak bercampur mekonium.
Presentasi: Kepala Penurunan: 1/5 Petunjuk:UUk kanan depan pertolongan
persalinandi lakukan setelah kepala 5- 6 cm
kepala
tidak maju-maju maka di lakukan episiotomi secara mediallateral. Bayi lahir spontan pada pukul 15.15 WIB bayi
Jenis kelamin perempuan dengan BB 2500 gram, panjang badan 46 cm, lingkar kepala 33 cm lingkar dada 35 cm dan
anus (+) APGAR skor 9/10. Pada kala III dilakukan manajeman aktif kala III seperti
penyuntikan oksitosin, masase uterus, Dan melakukan PTT, serta melakukan asuhan
pada bayi baru lahir dan Plasenta lahir dengan lengkap, melakukan penilaian plasenta
diameter plsenta ± 5 cm, Kontiledon 18, Selaput lahir lengkap tidak ada
robekan, Panjang tali pusat 45 cm, Insersi centralis, Berat plasenta 600
gram dan tidak temukan masalah potensial. Dilakukan heating perinium secara
jelujur menggunakan benang kromik. Pada kala IV dilakukan observasi TTV, kontraksi uterus dan perdarahan serta melakukan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik khususnya pada prosedur
melakukan episiotomi pada ibu bersalin.
BAB
V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Setelah
melakukan pengumpulan data melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny’’D” G1P0A0 janin tunggal
hidup persetasi kepala dengan tidakan episiotomi diruang bersalin RSUD
Palembang Bari tahun 2013 maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Dalam pengumpulan data dasar terdapat
kerja sama yang baik antara bidan dan pasien.
2.
Diangnosa yang di tegakan Ny”D” G1P0A0
Janin tunggal hidup presentase kepala dengan tindakan episiotomi. Tidak di
temukan masalah selama pemberian asuhan kebidanan sehingga kebutuhan
disesuaikan dengan dalam setiap tahap (kala) persalinan
3.
Tidak ada data yang menunjang untuk
menegakan diagnosa/Masalah potensial.
4.
Tidak ada data yang menunjang untuk
menetapkan kebutuhan yang memerlukan tindakan segera.
5.
Perencanaan yang dibuat dalam memberikan
asuhan kebidanan berdasarkan pada diagnosa dan kebutuhan sesuai dengan
manajemen kebidanan 7 langkah varney.
6.
pelaksaan dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat sesuai dengan manajemen kebidanan 7 langkah
varney.
7.
|
5.2.Saran
1. Bagi
Pihak RSUD Palembang BARI
Diharapkan
agar dapat mempertahankan mutu pelayanan kesehatan terutama dalam pelayanan yang
sesuai dengan standar asuhan kebdanan demi terciptanya visi dan misi RSUD
Palembang BARI.
2. Bagi
Istitusi Pendidikan
Sebagai penghasil
tenaga kesehatan yang berkualitas maka hendaknya selalu meningkatkan mutu
pendidikan kepada mahasiswa agar menjadi tenaga kesehatan yang terampil dan
professional.
Meningkatkan sarana dan
prasarana agar seluruh kegiatan akademik dapat berjalan sesuai dengan rencana,
sehingga dapat menghasilkan lulusan yang sudah kerja langsung dilapangan.
3. Bagi
Mahasiswa
Mahasiswa,
semoga Asuhan Kebidanan ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dimasa yang
akan datang
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI,2011
Destiana
putri ayu : Pelaksanaan tindakan
episiotomi Sebagai Upaya Pencegahan Ruptur Perinium Totalis Pada ibu
Intrapartem Di RSUP Dr.Mohammad Hoesen Palembang 2012: Binahusada
Haspari. 2010. Asuhanan kebidan untuk ibu bersalin
fisiologis dan patologis. Jakarta: Salemba medika
Mochtar
Rustam.1998. Sinopsis Obserti Obserti
Fisiologi Obserti Sosila edisi 2.Jakarta: EGC
Propil dinkes
kota palembang 2011
Propil dinkes
kota palembang 2012
Propil RSUD
Palembang Bari 2012
Rohani,
Reni. dkk. 2011 Asuhan kebidanan Pada
masa Bersalin.Jakarta: Salemba medika
Saifudin abdul
Bari Dkk. 2004 buku panduan praktis
kesehatan maternal dan nonatal. Yayasan Bina Pustaka Jakarta :P48-P5I
Sarkini,Arianti,
2007. Buku panduan persalinan untuk
mahasiswa kebidanan. Jakarta:
Salemba medika
Sulistyawati
Ari, 2010. Asuhan Pada ibu Bersalin.
Jakarta: Salemba medika
Sarwono
Prawiraharjo, 2010 Ilmu kebidanan Jakarta: Yayasan bina pustaka,Jakarta:
Yayasan bina pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar